Danau Kembar yang Mempesona

Senin, 27 Oktober 2014

 DANAU DI ATAS DAN DANAU DI BAWAH
SUMATERA Barat provinsi yang kaya dengan danau. Ada lima danau di sini, Danau Maninjau, Danau Singkarak, Danau Diatas, Danau Dibawah, dan Danau Talang. Kecuali Danau Maninjau, empat danau lainnya terdapat di Ka­bupaten Solok.
Karena itu, Solok adalah kabupaten yang kaya de­ngan danau di Sumatera Barat. Bahkan, tiga danau­nya, yaitu Danau Diatas, Danau Dibawah, dan Danau Talang terletak di sebuah kawasan yang disebut Ka­wasan Danau Kembar.
Disebut Kawasan Danau Kembar, karena dua danau, yaitu Danau Diatas dan Danau Dibawah terletak berdampingan yang jaraknya hanya sekitar 300 meter. Kawasan ini lebih dulu dikenal sebagai objek wisata karena terletak di pinggir jalan raya Padang-Muara­labuh-Kerinci.
Sedangkan Danau Ta­lang berada sekitar 4,5 km dari kedua danau ini. Lokasinya yang berada di pinggang Gunung Talang dan jauh dari jalan raya membuat danau ini juga pernah dikenal sebagai objek wisata. Sayang letusan Gunung Talang dalam tiga tahun terakhir membuat danau ini tak bisa dikun­jungi, karena masih meru­pakan area terlarang ke sana.
Meski memiliki tiga danau vulkanik ini, Pe­merintah Kabupaten Solok menamai kawasan yang terletak di Kecamatan Lembang Jaya dan Keca­matan Lembah Gumanti ini sebagai Kawasan Wisata Danau Kembar.
Kawasan tersebut saat ini sedang dikembangkan sebagai objek wisata an­dalan. Tidak saja objek wisata andalan Solok, bah­kan juga andalan Sumatera Barat.
Untuk mencapai kawa­san ini sangat mudah. Dari Kota Padang kita bisa naik bus antarkota dalam pro­vinsi menuju Alahan Pan­jang atau Muaralabuh dengan ongkos Rp10.000.
Jarak 60 km ditempuh selama 1,5 jam dengan jalan yang berkelok-kelok. Dalam perjalanan kita dapat meli­hat lokasi Pabrik PT Semen Padang yang merupakan pabrik semen tertua di Sumatera dan hamparan perkebunan teh PT Per­kebunan Nusantara VI Kebun Danau Kembar. Jika perjalanan ditempuh dengan kendaraan pribadi, hanya sekitar 1 jam.
Pemandangan Sepanjang Jalan
Menjelang sampai di lokasi udara akan terasa dingin dan kita sudah dapat menyaksikan Danau Diatas di sebelah kanan dari jendela mobil. Jika dengan bus umum kita harus turun di Pasar Simpang. Di sini ada dua simpang, simpang di kanan dengan jalan menu­run merupakan jalan ke Danau Diatas, di mana danaunya terlihat dengan jelas karena berada di bawah.
Sedangkan simpang lain­nya yang berada di kiri merupakan jalan mendaki. Jalan ini menuju Danau Dibawah. Nama kedua danau yang kontradiktif dengan lokasinya ini, sering membuat pengunjung berta­nya, kenapa danau yang terletak di atas bukit dinamakan Danau Dibawah, sedangkan yang berada di bawah bukit atau di bawah jalan dinamakan Danau Diatas.
Itu karena meski ter­letak di atas bukit, ke­tinggian permukaan air Danau Dibawah sama ting­ginya dengan dasar danau Danau Diatas.
Danau Diatas dengan luas 17,20 meter persegi, panjang 6,25 km dan lebar 2,75 km, permukaan airnya berada pada ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (m dpl). Danau ini cukup dangkal, dengan bagian terdalam hanya 44 meter.
Sedangkan permukaan air Danau Dibawah berada pada ketinggian 1.566 mdpl. Artinya, permukaan airnya sama tinggi dengan dasar air Danau Diatas. Namun, danau yang memiliki luas 16.90 meter persegi, panjang 5,62 km dan lebar 3,00 km ini sangat dalam, yaitu 886 meter.
Begitu turun dari bus di Simpang kita bisa naik ojek ke Danau Diatas atau Danau Dibawah. Tarifnya sama, yaitu Rp2.000. Biasa­nya pengunjung memilih pergi ke Danau Diatas lebih dulu dengan karcis masuk Rp1.500 untuk anak-anak dan Rp2.000 untuk dewasa.
Di sini ada sejumlah kapal motor angkutan milik pengusaha lokal yang digu­nakan sebagai transportasi antar desa di sekitar danau. Kapal-kapal ini alat vital bagi petani sayur dan buah di seberang danau untuk membawa hasil perta­nian­nya ke Pasar Simpang. Dermaga kapal ini dikelola Angkutan Sungai, Danau, dan Perairan (ASDP).
Setiap saat kita bisa ikut naik kapal ini menuju salah satu desa untuk kemudian kembali dengan tarif pulang-pergi hanya Rp2.000. Kita bisa menyaksikan luasnya Danau Diatas dengan bukit-bukit kecil yang merupakan bagian Bukit Barisan yang mengelilinginya. Terlihat juga keramba ikan milik penduduk.
Pada Minggu atau hari libur biasanya salah satu kapal ini melayani rute wisata, yaitu keliling danau dengan tarif Rp5.000 per orang.
Tak jauh dari dermaga ada tempat yang sering dijadikan arena pemandian oleh pengunjung, terutama anak-anak. Di sekitar itu juga ada lapangan kecil di bawah rindang pohon pinus yang sering digunakan untuk berbagai kegiatan oleh pengunjung.
Tak Bisa Keliling di Danau Dibawah
Berkeliling dengan kapal tidak bisa kita nikmati di Danau Dibawah. Danau ini dikelilingi sejumlah bukit yang besar dan air danau sangat jauh dari lokasi pemandangan yang diba­ngun pemerintah. Tak seperti di Danau Diatas, kita tidak bisa menyentuhkan tangan atau kaki ke dalam air. Hanya saja peman­dangannya indah. Dari panorama ini kita juga bisa melihat Danau Diatas.
Di panorama Danau Diatas ini ada warung-warung kecil yang berjualan markisa dan terung belanda sebagai buah-buahan khas daerah ini. Juga ada yang menjual aneka bunga gu­nung di dalam pot kecil hingga besar. Satu pot harganya Rp5.000 hingga Rp15.000.
Ada juga yang menjual bunga kering sari gunung untuk hiasan. Bunga kering ini dikeringkan dari sejenis bunga rumput yang tumbuh di rawa di sekitar danau. Bunga rumput ini hanya muncul sekali setahun di Danau Diatas. Cara mengo­lahnya diambil dan dijemur, sehingga keluar sari bu­nganya. Seikat harganya Rp5.000 sampai Rp15.000.
Usai melihat kedua danau ini, sebenarnya kita bisa pergi ke Danau Talang yang terletak di atas bukit. Kita bisa menyewa ojek dengan tarif Rp10.000 pulang-pergi. Danau Talang luasnya 1,30 km per segi dengan panjang 1,5 km dan lebar 88 m. Di Danau Talang udara terasa lebih dingin dan suasananya sunyi.
Sayang, karena danau ini terletak dekat kawah Gunung Talang yang se­dang aktif dan sering meletus, kawasan ini sedang tertutup buat pengunjung. Selain itu, pemandangan terakhir danau ini sudah tertutup abu letusan Talang.
Kawasan Danau Kembar juga terkenal penghasil sayur-mayur seperti wortel, kubis, dan kol bermutu tinggi. Selain itu juga penghasil buah markisa dan terong belanda. Sedikitnya setiap tahun sekitar 45 ribu wisatawan domestik ber­kunjung ke tempat ini. Namun kunjung wisatawan asing hanya sekitar 500 orang per tahun.
Pemerintah Kabupaten Solok saat ini sedang beru­paya mengembangkan kawa­san ini menjadi objek wisata yang menarik. Pemerintah Kabupaten Solok sudah membangun resort pinggir danau di Lembah Gumanti, yaitu salah satu sisi terindah Danau Diatas.
Di sini ada convention hall berkapasitas 800 orang disewakan untuk berbagai acara dengan tarif per hari Rp200 ribu. Sedangkan fasilitas penginapan, dua vila besar tingkat dua dari semen dengan tiga kamar lengkap dengan ruang tamu dan dapur dengan tarif Rp250 ribu per malam.
Selain itu ada dua vila kecil dari kayu dengan satu kamar. Tarif satu vila per malam Rp125 ribu. Juga tersedia 10 cottage, yang tiap cottage tarifnya Rp100 ribu per malam.
Pemkab Solok sedang mengembangkan kawasan wisata Danau Kembar yang memiliki tiga danau ini menjadi kawasan wisata agro di mana pengunjung bisa menikmati danau sambil menikmati pemandangan hamparan kebun sayur-mayur, buah-buahan, dan perkebunan teh.
Perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara VI sendiri yang hanya berjarak sekitar 15 km dari Danau Kembar juga menjadi lokasi agrowisata. Di sini tersedia guest house, lapa­ngan tenis, lapangan bola, home stay, dan jalur jalan kaki di tengah hamparan kebun teh yang terletak di lereng Gunung Talang itu.
Sayang home stay seka­rang tak lagi ada. Dua tahun lalu home stay masih nyaman dengan sewa sema­lam Rp150 ribu sudah termasuk makan pagi. Karena tak ada yang meng­urus secara khusus di perusahaan, home stay ini terlantar. Meski begitu, lokasi perkebunan teh ini ini sangat cocok digunakan sebagai tempat liburan bersama keluarga. Bahkan hampir setiap akhir selalu ada pelajar atau pegawai instansi yang berkembah di sana.

Jembatan Akar dan Air Terjun Bayang Sani

pesona PESISIR SELATAN
PAINAN, HALUAN—Jembatan akar salah satu kawasan wisata  yang unik hanya terdapat di daerah kabupaten Pesisir Selatan yaitu di Nagari Puluik-Pului Kecamatan Bayang Utara, jembatan ini sebagai sarana lalulintas  yang menghubungkan dua desa yaitu Puluik-puluik dengan kampung Lubuk Silau di Kecamatan tersebut
Jembatan  yang berjarak sekitar 80 km dari Padang atau sekitar 30 km dari Kota Painan Pessel  dibangun dari akar kayu beringin yang lokasinya berseberangan su­ngai di jalin menjadi sebuah jembatan  merupakan pusaka yang diwariskan oleh nenek moyang warga Pulut-pulut Kenagarian Koto Ranah Ke­camatan Bayang Utara ( Bayu) Pessel  Pakiah Sokan pada tahun 1916 silam
Jembatan akar ini  sudah dikenal oleh masyarakat da­erah bahkan mancanegara, Informasi dari keterangan salah seorang warga Puluik-puluik  Muchtar menjelaskan, pada awalnya berupa titian yang terbuat dari beberapa bambu yang dibentang me­lintasi sungai, namun tidak bertahan lama akibat lapuk dimakan usia, akhirnya tim­bul inisiatif Pakiah Sokan mem­buat jem­batan dari akar kayu beringin  lokasinya dekat dengan jem­batan bambu tersebut.
Untuk menjadi sebuah jembatan yang bisa dilalui  oleh masyarakat jelas mem­butuhkan membutuhan waktu selama 20 tahun, kondisi saat ini jembatan yang berukuran 30 meter, lebar 1 meter de­ngan ketinggian sekitar 9 meter  dari permukaaan air sungai batang Bayang  masih bisa dilalui oleh warga untuk menyebarang, namun untuk menjaga kelestatarianya Pem­kab Pessel membut jem­batan pendamping guna jem­batan pusaka nenek moyang ter­sebut tetap terjaga keles­tariannya
Yang lebih mengasyikan ketika anda berada  ditepi sungai  akan melihat ikan larangan  dibawah jembatan akar , ikan tersebut tidak boleh dipancing  dan diambil namun hanya untuk dipan­dang saja, bila ada yang berniat salah kemungkinan akan  menimbulkan berbagai masalah yang tidak di­ingin­kan, di  dalam air sungai yang segar dan jernih tersebut  masyarakat akan dapat mandi  sepuasnya  yang  dikerumuni oleh ikan larangan
Sebagian masyarakat me­nilai jembatan ini dianggap kramat, jadi tidak heran setiap hari libur dan hari besar terutama  3 hari memasuki bulan suci Ramadhan, ribuan masyarakat dari berbagai daerah datang ke lokasi ini untuk melaksanakan acdara Balimau untuk mendapatkan berkah dari sang maha kuasa, kemudian pada hari lebaran tiba daerah ini juga sebagai tujuan wisata  yang dibanjiri oleh pengunjung
Sungai batang bayang yang berada dibawah jembatan akar ini memiliki air yang jernih, hal ini mengundang perhatian genarasi muda untuk cepat mendapatkan  jodoh, selain itu juga sungai tersebut  dimamfaatkan oleh  para pecandu olahraga arung jeram, pasalnya air sungai yang jernih yang deras serta  menantang karena   terdapat batu batu besar, daerah ini salah satu tempat olahraga  yang menjadi  tujuan bagi masyarakat untuk me­nun­jukan kebolehannya dengan mengunakan perahu karet .
Menurut pengakuan salah seorang warga  nagari Puluit-Puluit Muchtar menjelaskan, jembatan akar dibangun oleh seorang tokoh masyarakat yang bernama  Pakiah Sokan pada tahun 1916 dengan akar kayu beringin yang dianyam menjadi sebuah jembatan, akar kayu yang sudah dijalin tersebut terus dipelihara kelestariannya dengan me­makan waktu yang cukup lama mencapai pu­luhan tahun
Pada kawasan objek wi­sata ini  terdapat lapangan pakir yang memadai, kedai minuman, daerah nya berada pada jalur jalan provinsi  sekitar 17 km dari Pasar Baru menuju Muara Air, bahkan pemerintah saat ini tengah membuka akses perhubungan dari Pessel menuju Alahan Panjang Kabupaten Solok sebagai jalan alternatif
Bupati Pessel H Nasrul Abit  menjelaskan, salah satu program priotas pembangunan daerah meningkatkan pem­bangunan berbagai kawasan wisata  yaitu, Mandeh Resort di Carocok Tarusan,pantai Carocok Painan, puncak bukit Langkisau  dan  kawasan wisata jembatan akar di Puluik puluik dan air terjun Bayang Sani  di kecamatan Bayang, kedua objek wisata ini memiliki jalur yang sama  yang berjarak sekitar  10 km
“Tidak rugi rasanya  bila anda dapat menyaksikan ke dua jembatan akar yang me­miliki keunikan tersendiri akan panomena alam  yang dimiliki daerah Pessel yang dikenal kaya dengan potensi wisata. Dalam memanfaatkan libur serta melakukan ber­bagai aktivitas seperti rekreasi bersama ke­luarga untuk  me­nikmati keindahan alam per­gunungan, berolahraga lintas alam dan arum jeram. Apalagi daerah ini  hubungan lalu lintas cukup lancar.

Indahnya Alam Lembah Harau


LEMBAH Harau merupakan salah satu objek wisata yang utama dan paling  menarik di kawasan ka­bupaten Limapuluh Kota.Kenapa tidak, kawasan wisata Lembah harau  yang berhawa sejuk dengan panorama alam yang begitu indah serta dihiasi dengan tebing-tebing yang menjulang tinggi disetiap sisi lembah ini, sehingga ribuan manusia yang datang dari berbagai daerah serta belahan dunia selalu pe­ngunjung kawasan wisata yang berjarak 3 kilo meter dari pusat ibukota kabupaten Limapuluh Kota di Sarilamak.
Setelah memasuki gerbang Lembah Harau, di sepanjang perjalanan, wisatawan disu­guhkan keindahan alam sebelum me­masuki 3 kawasan wisata yang berada di Lembah Harau.  Tebing-tebing granit dengan ben­tuknya yang unik dan menjulang tinggi  selalu mendampingi perjalanan sekitar 10 menit untuk mencapai 3 kawa­san wisata itu. Batu granit selain meng­­hiasi, hamparan padi yang menguning dan sungai-sungai jernih mengalir dari air terjun di Lembah Harau mem­berikan suasana damai dan mene­nangkan. Menurut legenda, lembah harau sendiri dahulunya merupakan lautan yang luas dan didalam laut itu terdapat bukit dengan batuannya yang sangat terjal. Lama-kelamaan, air laut terus menyusut dan jadi  mengering. Sehingga  bukit yang semulanya bertapak didasar laut akhirnya menjadi daratan dan dihuni maklup hidup. Dalam ribuan tahun, bebatuan yang terdapat di tebing bukit selalu digesekan  angin kencang, sehingga terbentuklah tebing indah yang berwarna warni serta  menyerupai bebatuan yang terdapat di dalam laut.
Kawasan wisata Lembah Harau sendiri, memiliki luas sekitar 280 hektare yang terdiri dari 3 kawasan, yakni kawasan Sarasah Aka Bara­yun, kawasan Sarasah Bunta dan ka­wasan Rimbo Piobang. Paling uniknya lagi, dikawasan yang  dibatasi oleh perbukitan dengan tebing terjalnya itu, terdapat 5 air terjun yang mengalir dari ketinggian hingga 100 meter dari puncak bukit yang mengelilingi kawasan itu. Oleh karena itu, pemandangan  elok yang dijumpai di kawasan Lembah Harau,  akan membuat para wi­satawan terkagum-kagum dib­uatnya.
Sarasah Aka Barayun meru­pakan objek yang dikemas oleh pemerintah kabupaten Limapuluh Kota melalui dinas Pariwisata sebagai onjek wisata keluarga. Dikawasan seluas hampir 30 hektar ini, terdapat berbagai arena jenis permainan anak, seperti taman bermain, ayunan putar dan sepeda air serta panorama alam Lembah Harau yang dilihat dari ketinggian puluhan meter bisa dinikmati dikawasan ini  . Bahkan taman satwa pun terdapat dikawasan Sarasah Aka Ba­rayun. Ber­bagai hewan hutan terdapat ditaman satwa yang cukup menarik untuk dikunjungi.
Kawasan Sarasah Aka Barayun juga dilengkapi kios- kios sourvenir, makanan, minuman serta pe­nginapan keluarga pun disediakan untuk wisatawan yang ingin me­nginap dikawasan ini. Dengan tebing-tebing tingginya itu, tempat ini dimanfaatkan juga sebagai  lokasi panjat tebing oleh masyarakat. Menurut cerita masyarakat,  Sa­rasah Aka Barayun dahulunya merupakan  2 buah tebing yang dibawahnya terdapat lembah yang sangat dalam. Sehingga masyarakat menggunakan  aka (sejenis tum­buhan) untuk  menghubungkan 2 tebing itu untuk dijadikan tempat titian. Setiap dilewati, aka itu selalu berayun apalagi dihem­buskan angin. Itulah sebabnya dinamakan Aka Barayun.
Sekitar beberapa ratusan meter dari sebelah timur  kawasan Sa­rasah Aka Barayun terdapat kawa­san wisata dengan lingkungan hutan lindung yang masih terpelihara dengan baik yang dinamakan Kawasan Sarasah Bunta. Kicauan burung, bunyi gumpalan air  terjun yang jatuh dari ketinggian puluhan meter, membuat kawasan ini tak pernah sepi dari wisatawan. Dika­wasan Sarasah Bunta ini,a sering dijadikan lokasi perkemahan bagi pelajar, mahasiswa serta masya­rakat umum.
Keasrian alam Sarasah Sarasah Bunta dan jernihnya air terjun yang berasal dari puncak bukit yang mengelilingi kawasan ini,  me­rupakan daya tarik sendiri untuk membuat wisatawan berkunjung ke kawasan  Sarasah Bunta. Ko­nonya, apabila mandi di bawah air terjun Sarasah Bunta pada siang harinya sambil  berdoa kepada Sang Pencipta , maka ia bakal mendapat jodoh bagi yang belum menikah. Sebab, dahulunya ka­wasan ini merupakan tempat memadu kasih burung yang hingga kini ber­terbangan di kawasan Sarasah Bunta.
Satu lagi kawasan wisata yang terdapat di objek wisata Lembah Harau, yakni kawasan Sarasah Tanggo. Dengan suasana alam yang ma­sih alami serta terdapat kolam penampungan air terjun yang berasal dari puncak bukit. Pe­nam­pungan air yang seperti waduk ini, selalu diramaikan wisatawan, apalagi dihari libur. Bukan itu saja, untuk mencapai ke lokasi air tejun, pengunjung harus bejalan kali dengan jarak ratusan  meter dari lokasi pemberhentian. Selama berjalan kaki, pengunjung dibuat kagum dengan indahnya alam Sarasah Tanggo.
Di cagar alam yang berada di dataran tinggi Lembah Harau, beraneka spesies tumbuhan hujan tropis dan binatang asli Sumatera mampu menimbulkan rasa ingin tahu Anda. Sejumlah binatang asli Sumatera seperti monyet ekor panjang menjadi teman bagi wisa­tawan. Tak salah tentunya orang tua-tua berkata, kurang lengkap perjalanan Anda ke Sumatera Barat bila belum mendatangi Lembah Harau. Cukup dengan harga Rp5 ribu saja untuk masuk kawasan Lembah Harau, berbagai keindahan alam sudah bisa dira­sakan.

Janjang Saribu, Tembok Cina-nya Sumbar


ADA begitu banyak janjang di Sumatera Barat. Setidaknya petikan lagu Minang popular itu mewakili salah satu janjang di Kota Bukit­tinggi. Hampir setiap daerah punya janjang sebagai jalan orang lalu sekaligus objek wisata. Sesuai dengan topografi Sumatera Barat yang berbukit-bukit. Untuk naik bukit itulah ditajak janjang sebagi jalan, yang kemudian berkembang permanen menjadi objek wisata. Baru-baru ini, pemerintah Kabupaten Agam  bersama Menteri Komunikasi dan Informatika juga membuka sebuah objek wisata yang mengadopsi dari salah satu Tujuh Keajaiban Dunia “Tembok Besar Cina” yaitu The Great Wall of Koto Gadang. Objek wisata ini semakin menambah objek wisata janjang atau dalam bahasa Indo­nesia yang berarti tangga di Sumatera Barat. Sebelumnya telah ada objek wisata Janjang Ampek Puluah yang menguhubungkan Pasar Atas dengan Pasar Bawah dan Janjang Saribu yang terletak di daerah Ngarai Sianok. Hawa sejuk dan pemandangan indah menyambut siang ketika memasuki kawasan wisata Bukit­tinggi, tepat­nya menuju Ngarai Sianok.
Dilihat dari namanya, Janjang Saribu berjumlah lebih kurang seribu anak tangga. Untuk menaiki anak tangga demi anak tangga ini, pelancong harus mempersiapkan fisik yang kuat dan nafas yang panjang. Pasalnya, dalam perja­lanan mendaki yang memakan kurang lebih 15 sampai 20 menit ini, pelancong akan menghadapi medan yang cukup menantang.
Dalam pendakian Janjang Sari­bu ini, pelancong akan disuguhi pemandangan indah Ngarai Sianok, Gunung Marapi dan Gunung Sing­galang serta hamparan sawah yang melukiskan keindahan alam. Rasa lelah saat mendaki dan ketika mencapai puncak akan terbayarkan oleh hamparan alam dan udara sejuk di daerah yang juga dijuluki Grand Canyon Sumatera Barat.
Lain halnya dengan The Great Wall of Koto Gadang, pelancong akan dibawa ke suasana lain yang jauh di luar Indonesia. Hal ini dikarenakan bentuk dan model objek wisata yang baru beberapa bulan diresmikan ini menyerupai suasana di negeri Cina yaitu Tembok Besar Cina. Kemudian, pelancong juga disuguhi peman­dangan Ngarai Sianok yang menjadi ikonnya Kota Bukittinggi.
Namun, terlepas dari segala keindahan dan kesejukan kedua objek wisata ini, keadaan kontras dan berlawanan sangat terlihat jelas. Sebut saja Janjang Saribu, objek wisata yang terlebih dahulu hadir di kota wisata Sumatera Barat ini seolah ditinggalkan sang empunya. Semak belukar menghiasi jalan menuju lokasi Janjang Saribu. Anak tangga yang mulai rusak yang disebabkan longsornya dan tidak kuatnya beberapa tanah serta dinding tebing yang longsor dan menutupi sebagaian dari anak tangga di Janjang Saribu. Hal ini menyebabkan sepinya pelancong yang mengunjungi dan menikmati suasana di Janjang Saribu. Hanya beberapa pasang remaja yang asyik berdua yang mungkin menjadi pelancong setia tempat ini.
Kenyataan ini bertolak belakang dengan The Great Wall of Koto Gadang. Jalanan yang masih bersih dan terang serta banyaknya masya­rakat yang berdatangan dan ber­jualan semakin menambah ramai­nya objek wisata baru ini. Namun, ada juga salah satu hal kecil yang mungkin terjadi di sini yaitu coretan-coretan pengunjung yang jahil dan merusak keindahan dan kebersihan tembok tersebut.
Kedua tempat wisata ini memi­liki sisi positif dan negatif yang cukup seimbang. Namun, dalam hal ini diperlukan perhatian dari pihak yang berwenang untuk menye­lesaikan beberapa persoalan kecil ini. Sehingga nantinya akan menja­dikan Kota Bukittinggi sebagai salah satu tujuan wisata yang terkenal dan banyak dikunjungi oleh wisatawan asing maupun wisa­tawan dari dalam negeri.

Indahnya Stalagtit dan Stalagmit Berusia Ratusan Tahun


NGALAU INDAH PAYAKUMBUH
Ngalau Indah adalah nama sebuah gua yang berada di lereng bukit Si­marajo yang terdapat di Kota Payakumbuh. Di dalamnya terdapat batu stalagmit dan stalagtit yang terbentuk dari proses endapan kapur yang berlangsung ratusan tahun. Kedua jenis batu tersebut mempunyai ukiran beraneka macam bentuk, dengan orna­men-ornamen yang menak­jubkan, seperti: ruang kamar tidur, kursi, kelambu dan lain sebagainya. Agar para wistawan dapat menikmati pemandangan Ngalau dengan lebih leluasa, pemerintah setempat mem­bangun beberapa sarana pendukungnya, seperti: lampu penerangan, jalan penghubung dan anak tangga.
Dari atas perbukitaan di sekitar Ngalau, para wisa­tawan dapat melihat pano­rama kota Payakumbuh yang terhampar di depan mata. Perpaduan tata bangunan perkotaan, hijaunya pepo­honan dan hamparan sawah yang begitu luas merupakan satu kesatuan dari kemilau Kota Payakumbuh.
Sedangkan pemandangan di sekitar Ngalau juga tidak kalah menarik. Sebelum masuk ke dalam Ngalau atau tepatnya di depan pintu ma­suk para wisatawan disambut dengan sebuah ukiran dari batu yang menyerupai gajah. Memasuki Ngalau, para wisa­tawan akan mendapat sugu­han aneka ukiran-ukiran batu yang terpahat di dalam Nga­lau. Batuan beraneka bentuk dan berukir tersebut diberi nama sesuai bentuk batunya, seperti: kursi, kelambu, dan kamar tidur. Para pengunjung yang merasa lelah atau lebih lama ingin menikmati kein­dahan Ngalau tersebut dapat berhenti sejenak dan duduk bersantai di atas batu-batu tersebut. Pada bagian lain Ngalau, terdapat batu tira yang berwarna putih yang apabila terkena sorotan caha­ya lampu, dapat meman­tulkan cahaya kemilau yang begitu indah.
Hanya satu hal yang disa­yangkan, ternyata di dinding-dinding batu ini kita menemui coretan-coretan dari tangan yang tidak bertanggung jawab sehingga cukup merusak keindahan objek wisata yang rancak ini.
Marilah kita tumbuhkan kesadaran untuk mencintai keindahan alam yang telah dikaruniakan oleh Sang pen­cip­ta. Ambillah hanya sekedar foto dan tinggalkanlah hanya sekedar jejak, agar anak cucu kita kelak juga bisa menikmati keindahan yang sama.
Yang tak kalah penting, jika ingin berkunjung kesini, pastikan terlebih dahulu bahwa kita tidak takut berada di dalam ruangan yang cukup gelap serta sempit serta jangan menggunakan sepatu atau sendal yang telapaknya sudah mulai licin.
Objek Wisata ini dapat dijangkau dengan meng­guna­kan transportasi darat. Dari kota Padang ke Payakumbuh, perjalanan ditempuh sekitar 3 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi atau ang­kutan umum. Jika menggu­nakan angkutan umum, ongkosnya antara Rp25.000,00 sampai Rp30.000,00 per orang.
Pintu masuk gua ini berada dekat jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh. Dekat pintu masuk ini terdapat sebuah batu mirip gajah. Jika merasa lelah atau lebih lama ingin menikmati keindahan Ngalau boleh berhenti sejenak dan duduk santai di batu-batu ini.
Dari atas bukit-bukit sekitar Ngalau, para pelan­cong dapat menikmati peman­dangan Ngalau dengan lebih bebas, pemerintah daerah mengembangkan beberapa sarana pendukung.
Tiket masuk sebanyak berkisar antara Rp3.000 hingga Rp5.000 per orang. Jika ingin informasi lebih lengkap ten­tang Ngalau Indah ini, jangan ragu untuk menyewa pemandunya. Mereka akan memberikan informasi lengkap

Objek Wisata Sejarah dan Budaya ISTANO BASA PAGARUYUNG




ISTANO BASA PAGARUYUNG
Istano (Istana)  Basa Pagaruyung  yang  ludes terbakar 27 Feb­ruari 2007 yang lalu, kini kembali berdiri megah dan sudah diresmikan Presiden RI Susilo Bambang Yudho­yono pada 31 Oktober lalu.
Istano Pagaruyung keli­hatan berdiri kokoh dan di sekelilingnya terlihat pula penambahan beberapa fa­silitas, seperti  kolam  dan arena perkemahan di bela­kang bangunan Istano Pagaruyung. Halaman Ista­na yang luas dengan bebe­rapa bangunan mendam­pingi Istana menjadi peman­dangan yang unik yang menggambarkan kehidupan Istana Pagaruyung masa dulunya, meskipun rerum­putan hijau belum tumbuh seperti  sebelum Istana Pagaruyung terbakar.
Istana Pagaruyung yang baru saja diresmikan Presi­den RI Susilo Bambang Yudhoyono ini, sudah bisa dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Bahkan pada hari-hari libur kunjungan wisatawan cukup ramai, walau pun pengun­jung sebatas berjalan-jalan dilingkungan Istana Pa­garuyung.
Selain kemegahan Istana Pagaruyung dengan ba­ngunan khas Minang yang penuh dengan ukiran, bera­tap ijuk serta beberapa bangunan penunjang lain­nya, wisatawan bisa menik­mati liburan seraya menik­mati alam lingkungan di sekitar Istana Pagaruyung.
Bahkan  sudah terlihat beberapa aktivitas liburan dalam lingkungan Istana Pagaruyung seperti aktivitas menunggang kuda, dan juga ada badut-badut menghibur setiap pengnjung. Bermain atau berkemah di bumi perkemahan yang terdapat di belakang Istana dengan semilir  angin Bukit Batu Patah menerpa pohon pinus, boleh jadi memiliki sensasi tersendiri. Atau sekedar berfoto ria dengan latar belakang Istana Pagaruyung juga ada penyewaan pakaian Minang bagi wisatawan yang ingin berpose dalam pakaian adat Minang dan siap diabadikan juru foto yang mangkal disekitar Istana Pagaruyung. Atau kalau mau pakai kamera pribadi juga tidak jadi soal.
Pembangunan Istana Pagaruyung pasca terbakar tahun 2007 lalu itu mem­perlihatkan beberapa perubahan pada bangunan Istana, dan tata ruangnya dibanding waktu sebe­lumnya. Perubahan itu tentu tidak terlepas dari pertim­bangan teknis arsi­tektur dan tata lingku­ngan Istana Pagaruyung  yang terkait dengan sejarah dan budaya Minangkabau. Sementara itu sebelum sampai ke Istana Pagaruyung yang letaknya tidak jauh dari kantor Bupati Kabupaten Tanah, ada beberapa situs peninggalan sejarah seperti Batu Basurek, Ustano Rajo yang biasanya tidak dilewat­kan wisatawan setiap kali berkunjung ke Pagaruyung, terutama turis asing.
Istana Pagaruyung yang dibangun sekarang maupun yang sebelumnya adalah replika dari istana asli peninggalan kerajaan  Paga­ruyung yang berdiri sekitar tahun 1347. Replika Istana Pagaruyung yang  dibangun itu adalah dida­sarkan pada rekonstruksi dari reruntuhan Istana Kerajaan Pagaruyung yang aslinya terletak di Bukit Batu Patah dan juga musnah karena terbakar pada waktu terjadi ke­rusahan berdarah tahun 1804. Replika  Istana Paga­ruyung yang pertama kalii dibangun terbakar tahun 1961. Kemudian dibangun kembali tahun 1974 dan tahun 2007 lalu pun musnah karena terbakar. Pasca terbakar tahun 2007, lalu dibangun kembali dan jelang awal tahun 2013 ini pem­bangu­nan Istana Pagaruyung sudah hampir rampung dan sudah bisa dikunjungi wisatawan.
Istana Pagaruyung terle­tak sekitar 3 Km dari pusat kota Batusangkar ke arah Utara, dalam kenagarian Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas. Sebelum sampai ke Instana Pagaru­yung yang letaknya tidak jauh dari kantor Bupati Kabupaten Tanah, ada beberapa situs peninggalan sejarah yang terletak di pinggir jalan menuju Istana Pagaruyung

Objek Wisata Danau Singkarak Sumatera Barat

Danau Singkarak
Dari mulai masyarakat Indonesia hingga ke mancanegara pasti sudah mengenail Danau Singkarak. Se­buah danau vulkanik yang terletak di jantung Sumatera Barat. Dengan pemandangan yang sangat eksotis, Danau singkarak layak dijadikan salah satu kunjungan wajib jika kita berwisata ke propinsi Minang­kabau tersebut. Namun dengan kondisi yang ada sekarang, perha­tian pemerintah dan warga setem­pat sangat diperlukan untuk tetap menjaga bahkan mengembangkan potensi pariwisata yang ada disana.
Keberadaan Danau Singkarak terletak pada geografis koordinat 0, 36 derajat Lintang Selatan (LS) dan 100,3 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 363,5 meter diatas permukaan laut (mdpl). Luas permukaan air Danau Singkarak mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum 20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan keda­laman 268 meter. Danau ini memi­liki daerah aliran air sepanjang 1.076 kilometer dengan curah hujan 82 hingga 252 melimeter per bulan.
Danau Singkarak yang berada di Kabupaten Solok Provinsi Suma­tera Barat merupakan danau terluas kedua setelah Danau Toba yang ada di Pulau Sumatra. Danau ini memiliki luas 107,8 m2 dan berada di ketinggian 36,5 meter dari permukaan laut yang terletak di dua kabupaten Solok dan Tanah Datar.
Menurut cerita, danau yang juga merupakan hulu Sungai Batang Ombilin ini dahulu memang meru­pakan lautan luas. Namun karena terjadi sebuah peristiwa yang luar biasa, air laut tersebut menyusut hingga saat ini lebih dikenal dengan Danau Singkarak.
Berbicara masalah Danau Sing­karak, selalu menjadi topik pemba­hasan yang menarik untuk dibahas. Sebab Danau Singkarak mening­galkan banyak cerita dan pristiwa, tak jarang jika hari libur tiba Danau Singkarak selalu menjadi tujuan utama bagi para wisatawan baik local maupun wisatawan manca­negara ketika ke Sumatera Barat selalu menyem­patkan diri untuk berwisata ke Danau Singkarak.
Danau Singkarak juga terkenal dengan ikan Bilih nya yang meru­pakan spesies ikan yang hanya hidup di danau ini saja. Ikan ini sangat unik karena tidak dapat bertahan hidup di mana saja, bahkan di dalam akuarium  kecuali di Danau Singkarak.
Danau Singkarak berjarak 70 km dari Padang, 20 km dari Solok dan sekitar 36 km dari Bukittinggi.
Dari bandara internasional Minangkabau, Anda dapat menye­wa mobil atau minibus umum dengan rute Padang-Solok dan kemudian mengambil transportasi lain ke danau. Perjalanan ini akan membawa Anda melewati kawasan Sitinjau Laut yang terkenal dengan tikungan  tajam dan ngarai curam.
Memang tak bisa dipungkiri, pemandangan di sekitar obyek wisata alam ini begitu menawan. Begitu fantastis. Mata ini tak bosan melihat hamparan air kebiruan yang jernih dengan riak-riak kecil mengiringinya. Juga, butiran pasir halus yang membentang di bibir danau. Di tengah danau, perahu kecil milik nelayan sedang menga­rungi danau yang tenang, tempat bersemayam aneka jenis ikan. Juga hilir mudik perahu motor atau becak danau yang disewakan bagi wisatawan.
Pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian danau menjadi pembatas antara daratan dan air. Bahkan beberapa sudut ada areal persawahan yang menghijau, mem­buat suasana semakin tentram. Apalagi, hamparan Bukit Barisan melatarbelakanginya tanpa batas, dan dari kejahuan bisa disaksikan Gunung Singgalang dan  Marapi yang berdiri gagah seolah menjaga ketenangan danau ini.
Lingkungan yang asri, hawanya yang sejuk, suasananya yang te­nang, damai, aman dan nyaman menjadi pesona bagi yang mengun­junginya. Pesona Danau Singkarak, memang tak pernah habis kalau diceritakan. Karenanya danau terbesar kedua di Sumatera, setelah danau Toba menjadi primadona bagi Sumbar menjadi daerah tujuan wisata unggulan, sekaligus menjadi destinasi pelengkap bagi wisatawan yang berwisata ke provinsi.
Danau Singkarak berada di dua kabupaten di Sumatera Barat, Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan luas 107,8 km² danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Air danau ini sebagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Ba­tang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman.
Kereta Api di tepi Danau SingkarakLokasi Danau seluas 129.70 Km2 ini juga sangat stra­tegis, berada di pinggir jalan antara Kabupaten Tanah Datar dan Solok. Lantaran lokasinya mudah dijang­kau, sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan dari sisi yang dikehendaki di pinggir danau yang berliku-liku, itupun kalau kereta api kembali beroperasi di sini. Bahkan wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi bisa menikmati keinda­hannya dari atas mobilnya.
Di tempat wisata ini Anda dapat melakukan aktivitas bersam­pan hingga ke tengah danau dengan menggunakan sampan sewaan. Airnya yang bening dan sejuk menambahkan keasrian danau nan menawan ini. Bunyi riak-riak air danau yang menghempas ke pasir di pinggiran, juga menambah suasana menjadi syahdu. Tak jauh dari areal danau terdapat sebuah tempat peristi­rahatan Biteh Kacang, tepatnya yaitu di pinggiran Danau Singkarak.
Danau Singkarak juga dikenal sebagai tempat yang cukup menjan­jikan sebagai daerah wisata me­man­cing. Hal ini dibuktikan dengan ramainya kawasan di seputaran Danau Singkarak dengan para pemancing yang berasal dari kota sekitar danau maupun dari luar Propinsi Sumatera Barat. Diantara jenis ikan-ikan yang umum dipan­cing yaitu asang, piyek, balingka, baung, dan ikan yang menjadi legenda Sasau, yang konon dapat mencapai ukuran berat hingga 8 Kg. Aktivitas lainnya yang dapat dilakukan adalah olah raga dayung. Lomba Dayung kerap diselengga­rakan di Danau Singkarak, dan merupakan salah satu program pemerintah daerah setempat untuk mempromosikan tempat wisata danau Singkarak