Janjang Saribu, Tembok Cina-nya Sumbar
Senin, 27 Oktober 2014
ADA begitu banyak janjang di Sumatera Barat. Setidaknya petikan lagu Minang popular itu mewakili salah satu janjang di Kota Bukittinggi. Hampir setiap daerah punya janjang sebagai jalan orang lalu sekaligus objek wisata. Sesuai dengan topografi Sumatera Barat yang berbukit-bukit. Untuk naik bukit itulah ditajak janjang sebagi jalan, yang kemudian berkembang permanen menjadi objek wisata. Baru-baru ini, pemerintah Kabupaten Agam bersama Menteri Komunikasi dan Informatika juga membuka sebuah objek wisata yang mengadopsi dari salah satu Tujuh Keajaiban Dunia “Tembok Besar Cina” yaitu The Great Wall of Koto Gadang. Objek wisata ini semakin menambah objek wisata janjang atau dalam bahasa Indonesia yang berarti tangga di Sumatera Barat. Sebelumnya telah ada objek wisata Janjang Ampek Puluah yang menguhubungkan Pasar Atas dengan Pasar Bawah dan Janjang Saribu yang terletak di daerah Ngarai Sianok. Hawa sejuk dan pemandangan indah menyambut siang ketika memasuki kawasan wisata Bukittinggi, tepatnya menuju Ngarai Sianok.
Dilihat dari namanya, Janjang Saribu berjumlah lebih kurang seribu anak tangga. Untuk menaiki anak tangga demi anak tangga ini, pelancong harus mempersiapkan fisik yang kuat dan nafas yang panjang. Pasalnya, dalam perjalanan mendaki yang memakan kurang lebih 15 sampai 20 menit ini, pelancong akan menghadapi medan yang cukup menantang.
Dalam pendakian Janjang Saribu ini, pelancong akan disuguhi pemandangan indah Ngarai Sianok, Gunung Marapi dan Gunung Singgalang serta hamparan sawah yang melukiskan keindahan alam. Rasa lelah saat mendaki dan ketika mencapai puncak akan terbayarkan oleh hamparan alam dan udara sejuk di daerah yang juga dijuluki Grand Canyon Sumatera Barat.
Lain halnya dengan The Great Wall of Koto Gadang, pelancong akan dibawa ke suasana lain yang jauh di luar Indonesia. Hal ini dikarenakan bentuk dan model objek wisata yang baru beberapa bulan diresmikan ini menyerupai suasana di negeri Cina yaitu Tembok Besar Cina. Kemudian, pelancong juga disuguhi pemandangan Ngarai Sianok yang menjadi ikonnya Kota Bukittinggi.
Namun, terlepas dari segala keindahan dan kesejukan kedua objek wisata ini, keadaan kontras dan berlawanan sangat terlihat jelas. Sebut saja Janjang Saribu, objek wisata yang terlebih dahulu hadir di kota wisata Sumatera Barat ini seolah ditinggalkan sang empunya. Semak belukar menghiasi jalan menuju lokasi Janjang Saribu. Anak tangga yang mulai rusak yang disebabkan longsornya dan tidak kuatnya beberapa tanah serta dinding tebing yang longsor dan menutupi sebagaian dari anak tangga di Janjang Saribu. Hal ini menyebabkan sepinya pelancong yang mengunjungi dan menikmati suasana di Janjang Saribu. Hanya beberapa pasang remaja yang asyik berdua yang mungkin menjadi pelancong setia tempat ini.
Kenyataan ini bertolak belakang dengan The Great Wall of Koto Gadang. Jalanan yang masih bersih dan terang serta banyaknya masyarakat yang berdatangan dan berjualan semakin menambah ramainya objek wisata baru ini. Namun, ada juga salah satu hal kecil yang mungkin terjadi di sini yaitu coretan-coretan pengunjung yang jahil dan merusak keindahan dan kebersihan tembok tersebut.
Kedua tempat wisata ini memiliki sisi positif dan negatif yang cukup seimbang. Namun, dalam hal ini diperlukan perhatian dari pihak yang berwenang untuk menyelesaikan beberapa persoalan kecil ini. Sehingga nantinya akan menjadikan Kota Bukittinggi sebagai salah satu tujuan wisata yang terkenal dan banyak dikunjungi oleh wisatawan asing maupun wisatawan dari dalam negeri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar